Sahabat admin yang di karuniai Allah, Sebagai muslim
apabila suatu saat kita mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji
atau umrah, kita wajib melaksanakannya. Sebelum melakukan beberapa rangkaian
ibadah haji, terlebih dahulu mengetahui cara pelaksanaan haji yang diikuti.
Artinya, apakah jamaah haji tersebut melakukan haji ifrad, tamattu’, atau
qiran. Selanjutnya, perhatikanlah dengan saksama rangkaian ibadah haji dan
umrah berikut.
Ihram
dari Miqat
Bagi
jamaah haji Indonesia yang langsung ke Madinah untuk mengerjakan salat Arba’in
(40 waktu salat fardu dengan berjemaah di Masjid Nabawi/Madinah), maka setelah
salat Arba’in, kemudian melanjutkan perjalanan ke Mekah untuk melakukan umrah
atau haji dengan berpakaian ihram dari miqat Makani, yaitu di Bir Ali (Sumur
Imam Ali) dengan niat ihram. Bagi jemaah haji Indonesia yang langsung ke Mekah,
miqat makaninya ialah di Yulamlam (2 jam sebelum pesawat lending di Bandara
King Abdul Azis) atau boleh dari Jeddah King Abdul Aziz dengan niat ihram untuk
melakukan Umrah atau Haji. Selama dalam perjalanan menuju ke Mekah, bagi jamaah
haji dianjurkan membaca talbiyah, salawat, dan doa.
Tawaf
Setelah
sampai di Masjidil Haram Mekah apabila memungkinkan bagi jamaah haji langsung
melaksanakan tawaf. Sepanjang perjalanan ke Mekah tersebut jamaah haji dianjurkan
membaca doa talbiyah. Selesai tawaf kemudian berdoa Multazam, dan salat sunat
dua rakaat di belakang makam Ibrahim dan doa, kemudian minum air zam-zam.
Sa’i
dan Tahalul
Selesai
salat sunah jamaah melaksanakan Sa’i. Setelah melaksanakan Sa’i kemudian
bertahalul. Selanjutnya jemaah dianjurkan melaksanakan ibadah sunah atau
berziarah ke tempat bersejarah.
Wukuf
di Arafah
Pada
tanggal 8 Zulhijah sore jemaah haji berangkat ke Arafah dengan berpakaian ihram
untuk melaksanakan wukuf yang dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijah mulai dari
waktu tergelincirnya matahari sampai terbenamnya matahari. Akan tetapi, wukuf
ini tidak dilaksanakan dalam rangkaian ibadah umrah.
Mabit
di Muzdalifah
Setelah
matahari terbenam, dari Padang Arafah menuju Muzdalifah untuk mabit (bermalam)
sampai lewat tengah malam dan mengambil batu kecil untuk melontarkan jumrah.
Melontar
Jumrah Aqabah di Mina
Pada
tanggal 10 Zulhijah (masih dalam pakaian ihram) jemaah haji melontar jumrah
Aqabah.
Melakukan
Tahalul
Setelah
melontar jumrah Aqabah kemudian melakukan tahalul awal (memotong rambut paling
sedikit 3 helai). Dengan bertahalul, maka semua yang diharamkan ketika ihram
menjadi halal (boleh), kecuali hubungan suami istri. Kemudian kalau
memungkinkan langsung ke Masjidil Haram Mekah untuk melaksanakan tawaf ifadah
dan Sa’i yang menjadi rukun haji. Akan tetapi apabila tidak memungkinkan,
karena situasi dan kondisi maka melaksanakan tawaf ifadah dan Sa’i dapat
dilakukan setelah selesai mabit dan melontar di Mina sampai akhir hari Tasyrik.
Adapun cara tawaf ifadah sama seperti tawaf sebelumnya. Setelah itu semua hal
yang diharamkan pada waktu berihram menjadi halal.
Mabit
di Mina
Pada
tanggal 11 dan 12 Zulhijah bagi yang melakukan nafar awal mabit di Mina. Akan
tetapi, bagi jemaah yang melakukan nafar sani maka, ditambah pada tanggal 13
Zulhijah.
Melontar
Tiga Jumrah
Pada
tanggal 11 dan 12 Zulhijah melontar ketiga jumrah, yaitu jumrah Ula, Wusta, dan
Aqabah bagi yang melakukan nafal awal. Akan tetapi bagi jemaah yang melakukan
nafar sani, ditambah lagi melontar jumrah pada tanggal 13 Zulhijah.
Tawaf
Ifadah
Setelah
melontar tiga jumrah jemaah kembali ke Mekah untuk melakukan tawaf ifadah.
Caranya sama dengan tawaf sebelumnya kemudian dilanjutkan Sa’i. Setelah itu
semua hal yang diharamkan pada waktu berihram menjadi halal.
Tawaf
Wada
Tawaf
wada (tawaf perpisahan) dilakukan apabila akan meninggalkan Masjidil Haram,
kota Mekah atau akan kembali ke tanah air.
Setelah
melaksanakan tawaf wada, jamaah haji kembali ke Jeddah untuk mempersiapkan
kepulangan.