Sahabat admin yang berbahagia, Qanaah
memunyai pengaruh dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, qanaah atau
berpikir positif memunyai fungsi dalam kehidupan manusia, baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat
akan menjadi baik jika dimulai dari kehidupan pribadi yang baik. Jika pribadi
masing-masing memiliki sikap qanaah, masyarakat pun akan menjadi qanaah. Fungsi
qanaah dalam kehidupan bermasyarakat adalah sebagai berikut.
Meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.
Terhindar
dari sifat tamak, rakus dan dengki.
Terhindar
dari rasa khawatir akan kekurangan.
Memupuk
jiwa sabar dan tawakkal.
membiasakan
diri berpola hidup sederhana sesuai dengan ajaran Islam.
Mental
dan jiwa masyarakat menjadi sehat.
Orang
yang bersikap qanaah akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap masyarakat
sekitarnya, bahkan kepentingan masyarakat didahulukan daripada kepentingan
pribadi. Karena agama Islam tidak membenarkan orang yang hanya mementingkan
dirinya sendiri. Di samping fungsi di atas, qanaah dapat berfungsi sebagai dinamisator
dan stabilisator kehidupan.
Qanaah
berfungsi sebagai dinamisator, yaitu kekuatan batin yang selalu mendorong
seseorang untuk meraih kemajuan berdasarkan kemandirian dengan tetap bergantung
kepada karunia Allah swt. Qanaah terkait erat dengan hati atau mental. Qanaah
dapat pula berarti berpikir positif. Orang yang berpikir positif atau qanaah
tidak berada dalam kebimbangan, tidak berspekulasi, melainkan selalu berpikir
dengan jiwa yang besar disertai dengan keberanian berusaha bertindak.
Usaha
dilakukan dengan maksimal, namun hasil yang dicapai diterima dengan lapang dada,
penuh rasa syukur kepada Allah. Qanaah berfungsi sebagai stabilisator karena
orang yang mempunyai sifat qanaah selalu berlapang dada, berhati tenteram, merasa
berkecukupan dan bebas dari keserakahan. Pada hakikatnya, kekayaan atau
kemiskinan terletak pada hati, bukan pada harta yang berhasil dicari dan
dikumpulkan. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya:
“Dari Abu
Hurairah ra. dari Nabi Muhammad saw. bersabda: “Bukanlah kekayaan itu karena
harta benda, akan tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa.” (H.R.
Bukhari: 5965).