Sahabat admin yang di karuniai Allah, disini saya akan menceritakan kisah Abu
Nawas yang berjudul. Abu Nawas Menjadikan
Raja Berpakaian Pengemis Pada siang hari yang sangat terik, Abu Nawas sedang
duduk-duduk di beranda depan rumahnya. Abu Nawas tidak bekerja hari itu, karena
maklumlah karena cuaca sangat terik sekali. Sambil ditemani istrinya, tiba-tiba
saja dari kejauhan ada beberapa prajurit kerajaan yang mendatangi rumahnya.
Ternyata para prajurit tersebut diperintahkan raja agar menjemput Abu Nawas.
Setelah sampai di istana kerajaan, di situ terlihat Baginda Raja
sudah menunggu agak lama juga. "Wahai Abu Nawas, aku saat ini benar-benar
butuh bantuanmu," kata raja. Sesaat kemudian, raja mulai bercerita. Raja
telah mendapat laporan bahwa di wilayahnya ada seorang saudagar kaya raya yang
menolak membayar zakat. Saudagar tersebut bernama Tuan Kabul Mendengar penuturan raja, sejenak Abu Nawas berpikir
dan kemudian menjawab.
"Mengapa Baginda tidak panggil saja dia ke
istana? Lalu masukkan saja ke penjara?" "Sebenarnya
bisa saja aku berbuat demikian. Namun apa tidak ada cara lainnya yang lebih
baik dan halus. Soalnya sangat disayangkan kalau aku menghukum," kata raja
lagi. "Bagaimanapun juga, dia dulu
adalah orang yang paling rajin membayar zakat. Tapi entah kenapa semakin dia
kaya raya, malah makin malas membayar zakat," kata raja lagi.
Memang secara pribadi, Abu Nawas lebih senang
kalau Tuan Kabul tersebut dihukum penjara dan semua permasalahan menjadi beres.
Karena semua orang sudah tahu bahwa Tuan Kabul tersebut sangatlah pelit. Bayangkan saja, hampir tak ada orang yang menyukai
Tuan Kabul ini, kecuali hanya para abdinya. Namun karena ini adalah perintah
raja, maka mau tak mau Abu Nawas ikut memikirkan jalan keluarnya. Akhirnya Abu Nawas meminta waktu beberapa hari untuk
memikirkan jalan keluarnya.
Meskipun tak bekerja menggunakan otot, Abu
Nawas diberi sekantong ems oleh raja untuk menghidupi keluarganya, dengan
syarat harus bisa menyadarkan Tuan Kabul.Setelah seminggu, Abu Nawas kembali ke
istana."Bagaimana? Apa taktikmu sekarang?" tanya raja."Beres
Baginda, sudah ditemukan caranya. Cuma, saya dan Baginda harus jadi pengemis.
Apakah Baginda bersedia?" tanya Abu Nawas.
Pada mulanya, Baginda Raja agak kaget dengan
takti Abu Nawas. Karena ada rasa keinginan kuat untuk menyadarkan Tuan Kabul,
akhirnya rajapun bersedia. Dengan
memakai pakaian layaknya pengemis, Abu Nawas dan Baginda Raja pergi meluncur ke
rumahnya Tuan Kabul. Pada saat itu, Tuan Kabul sedang berada di rumah. Nasib
mujur. Abu Nawas segera saja mengucapkan
salam dan menyapa Tuan Kabul.
"Apakah Tuan mempunyai uang receh?"
kata Abu Nawas. "Tidak ada!" jawab Tuan
Kabul."Kalau begitu, apakah Tuan punya pecahan roti kering, sekedar untuk
mengganjal perut kami?" tanya Abu Nawas. "Tidak ada!" kata Tuan Kabul. "Kalau begitu, kami minta
segelas air saja, adakah Tuan?" tanya Abu Nawas.
"Sudah aku bilang dari tadi aku tidak
punya apa-apa!" kata Tuan Kabul yang mulai emosi. Justru inilah yang ditunggu-tunggu Abu Nawas, sifat
emosi yang dimunculkan Tuan Kabul. "Kalau
Tuan tidak punya apa-apa, mengapa Tuan tidak jadi pengemis seperti kami
saja?" kata Abu Nawas.
Wajah Tuan Kabul terlihat sedih, teringat akan
masa lalunya yang terbilang miskin dan tak punya apa-apa. Rasa marah,
tersinggung dan terhina bercampur aduk dirasakan Tuan Kabul. Namun belum sempat
Tuan Kabul sadar siapa yang berdiri di depannya, raja mulai angkat bicara. "Bagaimana Kabul, apakah memilih menjadi orang
kaya atau orang yang tak punya?" kata raja. Kalau mau kaya, bayarlah
zakat, kalau tidak mau kaya, mengemis saja kayak orang ini," kata raja
sambil menunjuk ke Abu Nawas.
Tuan Kabul akhirnya sadar bahwa kalau mau kaya
seharusnya orang rajin membayar zakat karena dengan membayar zakat, maka
hadiahnya berlipat ganda. Akhirnya Tuan Kabul mau membayar
zakat setelah Abu Nawas membacakan Al Qur'an dan ancaman-ancaman yang didapat
kalau seseorang enggan membayar zakat.