Sahabat
admin yang di karuniai Allah,
disini saya akan menceritakan kisah Abu Nawas Yang Menyamar Menjadi Dewa
Bumi. Pada hari itu, tiba-tiba saja raja
merasakan rindu untuk bertemu dengan Abu Nawas. Namun, raja ingin menemui
Abunawas di rumahnya, bukan di istana. "Wahai
pengawal, hari ini aku ingin ke rumah Abu Nawas.
Sekarang juga kamu ambil kuda yang terbaik, "titah Raja
Harun Ar-Rasyid.
Pengawal itu pun meminta penjaga kuda menyiapkan
kuda yang terbaik dan dipilihlah kuda yang berwarna putih nan gagah dan
terlihat sangat sehat sekali. Setelah kuda putih itu siap, sang raja langsung
menungganginya.
Dengan gagah, sang Raja memasuki kota, sang raja menemukan
pemandangan bagus. Kota dengan tatanan bangunan yang rapi serta jalanan yang
halus. Tak lama kemudian, rombongan raja sudah hampir sampai
mendekati rumah Abu Nawas. Namun Abu Nawas sebenarnya sudah mengetahui akan
didatangi oleh raja, info diperoleh dari tetangganya. Untuk itu, Abu Nawas
keluar rumah untuk menyambut raja. Abu
Nawas keluar rumah dengan melilitkan handuk di kepalanya. Ia duduk di pinggir
jalan melihat arak-arakan sang raja.
Raja tertarik dengan sosok lelaki yang berikat kepala handuk
itu dan memerintahkan prajuritnya untuk membawa Abu Nawas ke hadapannya. "Siapa kamu?" tanya raja. "Saya ini Dewa Bumi, "jawab Abu Nawas dengan
tenang. "Nah, lantaran kamu Dewa
Bumi, tentunya kamu bisa membesarkan mata prajuritku yang sipit ini. Kalau kamu
tidak bisa, kamu akan dihukum pancung, "kata raja. "Ha..., kalau begitu Baginda ini tidak memahami
yang aku maksudkan.
Aku ini Dewa Bumi dan bukan Dewa langit. Kalau memang Baginda
menginginkan agar mata prajurit Baginda yang sipit itu jadi besar, seharusnya
Baginda meminta pertolongan kepada Dewa Langit, karena dialah yang mengurus
segala masalah dari pusar ke atas, "jawab Abu Nawas. "Jika Baginda
meminta pertolongan kepadaku, urusanku adalah segala yang berkaitan dengan
bagian pusar ke bawah karena aku ini Dewa Bumi, "jelas Abu Nawas lebih
lanjut.
Setelah itu, Raja Harun berbincang dengan Abu Nawas beberapa
lamanya. Raja sangat terkesan akan kecerdasan yang dimiliki Abu Nawas. Setelah
puas berbincang-bincang, Abu Nawas pun diperbolehkan pulang. Namun, beberapa
hari kemudian sang raja memerintahkan prajuritnya untuk membawa Abu Nawas ke
hadapannya.
Salah seorang diantara selir raja telah merebus lima butir
telur dan raja mengundang Abu Nawas untuk makan bersama. "Aku
ingin agar kamu yang membagi lima telur ini secara adil dan tanpa harus
memecahkan untuk kita bertiga, "kata Raja Harun. Tanpa ragu-ragu sama sekali, Abu Nawas mengambil lima
butir telur tersebut dan berkata, "Yang
Mulia, ini sebutir untuk Baginda sebab Baginda sudah mempunyai dua butir.
Saya juga sebutir. Sedangkan yang tiga butir ini untuk istri
Baginda, sebab dia tidak punya sebutir pun di bawahnya." Sejenak raja terdiam, sejurus kemudian Baginda tertawa
ngakak dan baru mengerti perkataan Abu Nawas itu. Jawaban Abu Nawas itu
menggembirakan hati raja dan setelah makan telur, Abu Nawas diperintahkan untuk
pulang dan diberi hadiah.