Sahabat admin yang di muliyakan Allah, Meskipun
dalam definisi di atas gibah identik dengan menyampaikan atau mengatakan
sesuatu, pada praktiknya, gibah dapat terjadi dalam banyak bentuk. Beberapa
contoh bentuk gibah antara lain sebagai berikut.
1.
Memperbincangkan keadaan orang lain. Gibah dengan cara ini
merupakan gi bah yang paling umum terjadi. Dua orang atau Gibah adalah gosip,
yaitu membicarakan atau menampakkan sesuatu yang tidak disukai oleh orang yang
dibicarakan.
2.
Memberikan isyarat tentang keadaan seseorang hingga diketahui oleh
orang lain. Menunjuk dengan isyarat, berdehem, mengarahkan pandangan, dan
tertawa kecil yang tertuju pada keadaan seseorang merupakan contoh gi bah
dengan bentuk ini.
3. Menirukan keadaan atau tindakan orang lain. Ada kalanya kita
bertemu dengan seseorang yang berbeda penampilan, cara berjalan, gaya bicara,
sering mengulang kata, atau keadaan fisik yang cacat. Saat kita menyebut atau
menirukan keadaan orang tersebut berarti kita telah melakukan gi bah.
Gibah adalah tindakan tercela yang
membawa akibat buruk bagi korban maupun pelakunya. Bagi korban, tindakan gibah
akan membuatnya merasa terhina. Rahasia atau aib yang ia usahakan ditutupi sebaik
mungkin terbuka akibat gibah. Hal ini tidak urung membuat perasaan terluka. Apabila
perasaan itu sedemikian tidak menyenangkan, dapat berubah menjadi rasa marah
bahkan permusuhan. keadaan ini tentu bukan sesuatu yang baik.
Bagi pelaku, gibah juga membawa akibat
yang tidak kalah buruk. Kebiasaan bergibah akan menuntun dan menjerumuskan
pelakunya pada sikap pengecut yang hanya berani berbicara di belakang orang
yang ia bicarakan. Semakin sering ia bergi bah, ia akan semakin ketagihan
melakukannya. Sehari saja tidak bergosip, lidah bagaikan terasa gatal.
Apabila kebiasaan opini sudah diketahui
oleh orang banyak, gelar si biang gosip pun tak urung tersandang pada diri
orang tersebut. Sebuah predikat yang tidak layak dibanggakan. Dari sisi agama,
gibah sangat berbahaya. Allah Swt. memberikan peringatan keras kepada siapa pun
yang bergibah bahwa gibah akan menghabiskan amal kebaikan mereka.
Saat seseorang menggosipkan orang lain,
tanpa sadar ia memberikan satu kebaikannya kepada orang yang ia gosipkan.
Apabila kebaikannya telah habis, keburukan orang yang ia gosipkan akan diambil
dan diberikan kepada orang yang bergosip. Bukankah ini sangat merugikan. Dalam
matematika akhirat, setiap amal kebaikan sangat berarti di akhirat kelak.
Gibah tidak hanya dilakukan dengan ucapan
melaikan juga dengan tindakan, tulisan, atau tayangan media. lebih
berkomunikasi baik bertemu langsung maupun melalui alat misalkan handphone atau
surat dan membicarakan keadaan orang lain.
Menuliskan keadaan orang lain. Gi bah
dengan cara ini sekarang dapat dengan mudah kita temukan dalam banyak sekali
tabloid atau koran gosip yang bermunculan di masyarakat kita. Media cetak itu
menuliskan keadaan, kejelekan, kisah selingkuh, hingga konflik yang sedang
terjadi di kalangan artis atau masyarakat umum.
Menayangkan berita tentang keadaan orang
lain secara audio visual. Hal ini dapat kita temukan dalam penayangan berita
gosip baik di radio maupun televisi.
Pengurangan amal baik dan penambahan amal
buruk dari orang lain tidak dapat diterima siapapun. Jadi, saat seseorang
bergibah sebenarnya ia sedang melakukan sebuah kebodohan besar. Gibah yang Diperbolehkan Karena mendatangkan akibat yang
sangat buruk, gibah seperti tersebut di atas sangat dilarang oleh Islam.
Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari,
terdapat beberapa kondisi dimana mengungkapkan rahasia atau keburukan orang
lain diperlukan. Bukan karena ingin semata bergosip melainkan karena hanya
dengan cara itulah manfaat dapat diperoleh dan madarat atau keburukan dapat
dicegah.
Terdapat empat kondisi dimana
mengungkapkan keburukan orang lain diperbolehkan. Keadaan-keadaan itu sebagai
berikut.
1. Mengungkapkan kejahatan orang di depan
sidang pengadilan.
2. Mengingatkan orang yang bersangkutan.
3. Meminta nasihat untuk mencegah
kezaliman seseorang.
4. Mencegah keburukan atau kejahatan
seseorang.