Sahabat admin yang berbahagia, Budaya
bangsa Indonesia ada kalanya meneruskan kebiasaan atau adat istiadat yang sudah
menjadi tradisi nenek moyang dahulu. Ada kalanya budaya yang sesuai kesukuan
masing-masing sebagai adat istiadat kesukuannya dan juga ada kalanya kebudayaan
yang sesuai ajaran agama Islam karena di dalamnya terdapat nilai-nilai Islami,
Di antara seni budaya lokal yang merupakan tradisi Islam adalah sebagai berikut.
Upacara Grebeg
Grebeg
berasal dari kata grebe, gerbeg. Dalam bahasa Jawa disebut anggrebeg yang
bermakna menggiring raja, pembesar, atau pengantin. Misalnya, Grebeg Kraton
Kesultanan Yogyakarta pertama kali diadakan oleh Sultan Hamengkubuwono I dengan
mengeluarkan hajat dalem berupa gunungan lanang, gunungan wadon, gunungan
gepak, dan gunungan kutug/ bromo.
Grebeg
dalam satu tahun diadakan tiga kali, yaitu: setiap tanggal 1 Syawwal untuk
menghormati bulan Ramadhan dan malam lailatul qadar, tanggal 10 zdulhijjah
bertujuan merayakan Idul Adha. Dan tanggal 12 Rabiul Awwal bertujuan
memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Kesenian Grebeg terdapat di
Yogyakarta, Surakarta, Cirebon dan Demak.
Gamelan
Sekaten
Pertama
kali memperkenalkan Kesenian Gamelan Jawa adalah Sunan Bonang dalam rangka
menyebarkan agama Islam untuk menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan Jawa
yang menggemari wayang dan music gamelan. Oleh karena itu, la menciptakan
gending-gending Jawa yang memiliki nilai-nilai Islam. Setiap bait lagu
diselingi ucapan dua kalimat syahadat (syahadatain) sehingga musik gamelan yang
mengiringinya dikenal dengan istilah sekaten yang artinya sama dengan
syahadatain.
Perhitungan
Tahun Caka (Saka)
Sejak
abad ke-8 M di Jawa sudah ada kerajaan Hindu-Jawa yang menggunakan perhitungan
waktu dengan menggunakan sistem angka menurut saka. Tahun saka dihitung menurut
perputaran matahari. Jumlah hari dalam sebulan berjumlah 30, 31, 32, atau 33
pada bulan terakhir (bulan Saddha).
Namun
pada abad ke-16 M setelah Islam datang, kerajaan-kerajaan di Jawa mulai menggunakan
sistem Arab yang disebut tahun hijriyah. Tahun hijriyah termasuk tahun
komariah, yaitu tahun yang menggunakan perhitungan mengikuti perputaran bulan.
Pemberlakuan tahun hijriyah di Jawa pada masa itu adalah dalam rangka
menyamakan peringatan-peringatan penting, misalnya dua hari raya. Idul fitri
tanggal 1 syawwal, Idul Adha 10 zdulhijah, dan setiap tanggal 12 Rabiul Awwal
sebagai hari Maulid Nabi Muhammad saw.
Pesta
Tabuik
Pesta
Tabuik adalah upacara yang diadakan untuk memperingati gugurnya pahlawan Islam
yang bernama Husein bin Ali bin Abu Thalib (cucu Nabi Muhammad saw.). Husein
gugur pada saat mempertahankan haknya sebagai pewaris tahta khalifah Syiah yang
direbut oleh Raja Yazid dari Bani
Umayah.
Panah
Kalimasada
Cerita
perwayangan Kalimasada adalah senjata pusakanya Prabu Puntadewa, Raja Amarta.
Setelah Islam masuk melalui peran Wali Sanga (Sunan Kalijaga), kalimasada
digunakan sebagai media dakwah. Kalimasada tersebut berisikan kalimat syahadat
sebagai ajaran tauhid Islam dalam cerita pewayangan. Adapun tokoh yang menjadi
teladan dalam cerita tersebut adalah Puntadewa yang berhati bersih dan suci.
Niticruti,
Nitisastra, dan Astabrata
Niticruti,
Nitisastra, dan Astabrata adalah karya sastra Jawa berbentuk pantun yang berisi
tentang nasihat atau akhlak yang baik. Di antara contoh nasihat tersebut
terdapat dalam lagu Dandanggula yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga.
Kesenian-kesenian
Tradisional
Kesenian
yang dijadikan media untuk menarik masyarakat, hingga sekarang banyak kesenian
tradisional ataupun modern dari daerah tertentu yang menjadi tradisi Islam,
seperti gambang kromong dan orkes gambus dari Betawi.
Seni
Bangunan Berupa Masjid
seni
bangunan berupa masjid. Seperti contoh Masjid Raya Baiturrahman yang terletak
di banda Aceh, Masjid Agung Banten, Masjid Raya Baiturrohman Aceh, Masjid Agung
Demak terletak di Desa Kauman-Demak, Jawa Tengah.