Sahabat admin yang di muliyakan Allah, Gadab
adalah marah. Seperti ananiyyah, gadab merupakan tabiat wajar manusia selaku
makhluk yang dikaruniai perasaan. Dalam keadaan tertentu marah merupakan
keharusan. Misal saat Allah Swt. dan rasul-Nya dihina oleh seseorang. Akan
menjadi aneh jika seorang muslim tidak marah saat Allah Swt. dihina di
hadapannya.
Marah juga dipandang wajar saat seseorang
mendapat perlakuan yang keterlaluan. Dalam keadaan ini ia berhak marah. Akan
tetapi ada kalanya kemarahan itu demikian besar hingga melampaui batas. Marah
seperti ini dapat berubah menjadi tidak terkendali. Marah seperti inilah yang
menjadi bahasan kita saat ini.Menyadari bahwa diri kita hanyalah manusia yang
memiliki kekurangan akan mengingatkan kita dari bersikap ananiyyah.
Contoh Sikap Marah yang Berlebihan Sikap
marah yang berlebihan dapat kita saksikan dalam beragam ekspresinya. Beberapa
contoh ekspresi sikap marah yang berlebihan adalah sebagai berikut.
Bertindak kasar. Orang yang marah berlebihan cenderung melampiaskan
marahnya dengan berlaku kasar, seperti memukul, menendang, menghajar, hingga
membunuh.
Berkata-kata kasar. Selain bertindak
kasar orang yang sedang marah dapat melampiaskan kemarahannya dengan ucapan
kasar. Misal, mengumpat, menyumpah, menghardik, atau meludah.
Memutuskan hubungan. Memutuskan hubungan dengan
orang yang ia marahi merupakan bentuk marah yang berlebihan. Saat kemarahan merasuk hati, ia tidak mau
lagi bertemu, berhubungan, menerima telepon, atau menerima kunjungan orang yang
ia marahi.
Tidak peduli. Kemarahan yang sangat
membuat seseorang berusaha menjauhkan hal-hal yang berhubungan dengan orang
yang ia marahi dari dirinya. Hal ini membuat ia tidak peduli dengan orang yang
ia marahi.
Akibat Marah yang Berlebihan Setiap yang
berlebihan akan membawa dampak yang
tidak baik. Demikian pula kemarahan yang
berlebihan. Beberapa akibat yang dapat munculk akibat kemarahan yang
berlebihan antara lain sebagai berikut.
Pertama, dijauhi orang lain. Orang yang sering marah
berlebihan akan ditinggalkan teman-temannya. Bisa jadi karena takut berbuat kesalahan
yang berbuntut dipukuli. Bisa juga karena tidak suka dengan kebiasaan marah
tersebut. Hal ini telah disinyalir oleh Allah Swt. saat berfirman kepada
Rasulullah Muhammad saw. dalam Surah Ali Imran [3] ayat 159.
fabimarah matim minallahi linta lahum
walau kunta fadhzan galiz alqalbi lanfad dumin haulika fa'fu'anhum wastagfir
lahum wa syawirhum filamri
Artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau
(Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap
keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena
itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Marah adalah tabiat manusia.
Marah yang berlebihanlah yang dilarang oleh agama.
Kedua, Kehilangan kesempatan. Saat orang lain menjauhi, kesempatan yang
datang bersama mereka pun ikut pergi. Kesempatan kerja, bisnis, informasi, atau
silaturahmi pun hilang seiring menjauhnya teman-teman dari sisi. Demikian pula
saat orang yang marah memutuskan hubungan dengan orang lain. Ia dapat
kehilangan kesempatan yang ada pada orang tersebut.
Ketiga, diabaikan orang lain. Orang yang mudah marah, kemarahannya akan
dipandang biasa oleh orang lain. Kemarahan itu tidak lagi memiliki wibawa.
Dengan demikian, saat ia marah, kemarahannya tersebut tidak dipedulikan orang
lain. Akibat seperti ini tentu bukanlah sesuatu yang pantas diharapkan. Tidak
ada seorang pun ingin dijauhi orang lain. Demikian pula tidak ingin kehilangan
kesempatan atau diabaikan orang lain. Oleh karena itulah sebagai muslim yang
baik, kita harus berusaha mengendalikan diri saat marah. Bukankah Rasulullah
saw. menyatakan bahwa orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan
dirinya saat marah.
An Abi Hurairata rad iyallahu‘anhu anna
Rasulullahi sallallahu ‘alaihi wa sallama qala: Laisasysyadidu bissur‘ati innamasysyadi
dullazi yamliku nafsahu‘indalgadabi
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a.,
bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: ”Bukanlah orang kuat itu orang yang kuat
dalam bergulat. Orang kuat yang sebenarnya adalah orang yang mampu
mengendalikan dirinya. (H.R. Muttafaq alaihi)
Untuk dapat menghindari sikap pemarah
yang berlebihan, kita harus memahami sebab marah itu terlebih dahulu.